Bagiku, film dengan efek visual seperti itu harus ditonton di bioskop.
Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari plot film 2012. Temanku bilang,“kita nonton biar bisa mencela filmnya…”. Maksudnya mungkin mencela ide dasarnya: kiamat pada tahun 2012 sebagaimana yang diramalkan suku Maya, the end of the world as we know it. Jika anda bisa menerima ide itu, tidak terlalu menuntut plot dan dialog yang cerdas dan rumit, dan tidak mau terlalu pusing dengan science facts, anda akan bisa menikmati film ini…
Now, let’s talk about the story.Semuanya berawal dari penelitian neutrino matahari pada tahun 2009. Neutrino yang berasal dari peristiwa flarebesar matahari, kini telah bermutasi. Neutrino normalnya amat sangat sulit berinteraksi dengan materi lain, tapi tidak dengan neutrino yang telah bermutasi ini. Neutrino yang telah bermutasi itu memberikan efek layaknya gelombang mikro, dan ia memanasi inti Bumi dengan cepat. Inti Bumi yang semakin panas nantinya berujung pada ketidakstabilan kerak Bumi. Pada akhirnya, pada tahun 2012 nanti, kerak Bumi yang tidak stabil akan mulai bergerak semakin bebas. Sebagian daratan tenggelam, sementara sebagian yang lain semakin tinggi, dan semuanya berpindah posisi. Gempa bumi, gunung api meletus, dan tsunami, terjadi di seluruh dunia. Filmnya sendiri hampir tidak ada membicarakan penelitian dan usaha pencegahan penyebab semua ini. Hanya berkonsentrasi pada upaya sebagian pemerintah negara-negara maju anggota G8 (dan para bilyuner) untuk menyelamatkan peradaban manusia.
Setelah mengetahui Bumi akan segera mengalami bencana global yang katastropik dalam waktu dekat, Amerika dan negara-negara anggota G8, secara diam-diam mulai menyusun skenario dan menggalang usaha penyelamatan peradaban manusia. Lewat proyek super rahasia antar-pemerintah G8, empat ratus ribu manusia akan diselamatkan untuk melanjutkan dan membangun ulang peradaban manusia. Caranya selayaknya pada zaman Nabi Nuh: dengan membuat beberapa bahtera (teknologi canggih tentunya). Bahtera-bahtera tersebut dibangun di pegunungan Himalaya di pedalaman Cina. Di sanalah semua orang yang sudah terpilih akan berkumpul. Dalam bahtera-bahtera itu, orang-orang yang sudah terpilih akan berusaha bertahan hidup menghadapi bencana global itu. Mereka akan membawa berbagai produk peradaban dan menyelamatkan sebanyak mungkin kekayaan hayati ekosistem Bumi. Yang mendapatkan tempat di bahtera-bahtera tersebut adalah para kepala negara (dan stafnya) dan keluarganya, ilmuwan yang penting untuk melanjutkan dan membangun kembali peradaban manusia, dan mungkin beberapa profesi lainnya yang dianggap penting. Bagaimana dengan orang awam? Untuk mendapatkan sebuah kursi aman di sebuah bahtera, orang awam harus membayar satu milyar euro. Tiket super mahal ini untuk membantu mendanai proyek rahasia tersebut.
Untuk sebuah film eye-candy, 2012 lumayan memanjakan mata. Scene tenggelamnya patahan San Andreas di pesisir barat Amerika, meledaknyasupervolcano Yellowstone (gunung api terbesar di benua Amerika), Hawaii-lautan-lava, tsunami menyapu pegunungan Himalaya, dll, semuanya akan memuaskan mereka yang menonton film ini untuk menikmati efek visual yang megah. Tapi mereka yang mengharapkan plot cerita yang menarik, apalagi yang mengharapkan plot twist, kemungkinan besar akan kecewa. Terlebih bagi mereka yang memperhatikan detail logika dan sisi akurasi ilmiah, pasti kecewa menonton film ini. Aku sendiri meskipun menikmati efek visual film ini, sesekali ikut menertawakan adegan-adegan atau dialog-dialog yang tidak akurat secara ilmiah.
Seperti dalam beberapa film Roland Emmerich lainnya antara lain ‘The Day After Tomorrow‘ dan‘Independence Day’, Amerika memegang peran sentral menyelamatkan dunia. Dalam film 2012 ini, digambarkan Amerika berhasil menggalang konspirasi tingkat dunia (untuk menyelamatkanperadaban manusia) dan merahasiakan keadaan sebenarnya dari pengetahuan publik sampai menjelang detik-detik terakhir. Baru pada saat-saat terakhir, Presiden Amerika memberikan pidato (terakhirnya) yang disiarkan melalui televisi, menjelaskan kepada publik apa yang sedang terjadi. Presiden Amerika — yang mungkin karena conscience-nya dan rasa bersalahnya — akhirnya menolak ikut menuju bahtera untuk menyelamatkan diri ketika saatnya tiba. Beliau lebih memilih tetap tinggal di Gedung Putih sampai detik-detik terakhir bersama-sama rakyat Amerika lainnya. Dan saat beliau berada di halaman Gedung Putih, bersama korban lainnya, beliau menyaksikan sendiri secara langsung datangnya tsunami yang menghantamkan kapal induk USS John F. Kennedy ke Gedung Putih.
Bagi yang ingin menonton, lupakan ide bahwa ini adalah film tentang kiamat. Karena Bumi masih utuh kok, hanya mengalami reshaping permukaan. Banyak kok manusia yang selamat. Kalau mau dibandingkan, film Knowing beberapa bulan lalu, lebih kental menampilkan aroma kiamat.
So, just grab your popcorn and soda, and enjoy its visual effect. Don’t think too hard about its plot or scientific accuracy. It’s just a disaster movie, or you might say “mother of all disaster movies” (quoting USA Today). And live still goes on…
Sumber: langitselatan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar